Berprakarsalah ...

My Utmost (B. Indonesia)
... kamu harus sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan .... — 2 Petrus 1:5

Renungan hari ini adalah mengenai hal praktis: "Berprakarsalah!" Berinisiatiflah! Kita harus membiasakan diri mendengarkan Allah dengan cermat tentang semua hal, membentuk kebiasaan, menemukan, atau mengetahui apa yang diilhamkan-Nya. Setelah itu, kita harus mengindahkannya dan mengambil inisiatif untuk bertindak. Bukti bahwa kebiasaan itu telah ada pada kita adalah pada saat krisis datang, secara naluri kita berpaling kepada Allah.

Berprakarsalah!

Menambahkan berarti kita harus melakukan sesuatu. Kita ada dalam bahaya melupakan bahwa kita tidak dapat melakukan hal yang dilakukan Allah, dan Allah takkan melakukan hal yang dapat kita lakukan. Kita tidak dapat rnenyelamatkan atau menguduskan diri sendiri – Allah yang melakukannya.

Namun, Allah takkan memberi kebiasaan atau karakter yang baik, dan Dia takkan memaksa kita hidup benar di hadapan-Nya. Kitalah yang harus melakukan semua itu. Kita harus "mengerjakan" "keselamatan kita" yang telah dikerjakan Allah di dalam kita (Filipi 2:12).Menambahkan berarti kita harus membiasakan diri untuk melakukan sesuatu, dan pada langkah awal hal itu memang sulit. Mengambil inisiatif atau prakarsa ialah membuat langkah awal -- mengajar diri sendiri menurut jalan yang harus ditempuh.

Waspadalah terhadap kecenderungan untuk menanyakan jalan bila Anda sudah mengetahuinya dengan sempurna. Berprakarsalah, jangan ragu atau enggan, ayunkanlah langkah pertama.

Putuskanlah untuk segera bertindak dalam iman berdasarkan apa yang dikatakan oleh Allah kepada Anda ketika Dia berbicara, dan jangan sekali-kali mempertimbangkannya lagi atau mengubah keputusan Anda. Jika Anda ragu-ragu pada saat Allah menyuruh Anda melakukan sesuatu, Anda menunjukkan keteledoran, dengan angkuh menolak anugerah tempat Anda berpijak.

Ambillah prakarsa, buatlah keputusan langsung, buatlah agar tidak ada kemungkinan untuk mundur. Hapuskanlah niat untuk mundur sambil berkata, "Aku harus dan tidak mau menunda menulis surat itu," atau "Aku harus melunasi utang itu," kemudian lakukanlah! Jangan tarik kembali kembali keputusan itu.

Kita harus membiasakan diri mendengarkan Allah dengan cermat tentang semua hal, membentuk kebiasaan menemukan atau mengetahui apa yang diilhamkan-Nya, lalu mengindahkannya. Jika krisis datang, secara naluri kita akan berpaling kepada Allah, kita akan tahu bahwa kebiasaan itu telah terbentuk dalam diri kita. Kita harus berprakarsa untuk hal-hal yang kita hadapi sekarang, bukan untuk hal-hal yang belum kita hadapi.

Komentar

Postingan Populer