Jangan Menjadi Bekas Kemuliaan”: permenungan dari Even haShetiyah dan Salib Kristus.

Jangan Menjadi Bekas Kemuliaan": permenungan dari Even haShetiyah dan Salib Kristus.

Shalom aleikhem, 

Even haShetiyah adalah batu yang menjadi alas Tabut Tuhan diletakan di zaman Salomo.

Pada tahun 1991, saya berdiri di hadapan sebuah batu kuno di bawah Dome of the Rock di Yerusalem. Saat itu saya tidak sadar bahwa saya sedang berdiri di atas batu yang disebut oleh tradisi Yahudi sebagai Even haShetiyah—batu fondasi dunia. Konon, dari titik inilah Tuhan memulai penciptaan. Namun kini, batu itu berdiri sendiri, tanpa kemuliaan, tanpa hadirat, tanpa Tabut Perjanjian. Ia hanya menjadi bekas tempat kemuliaan Tuhan pernah hadir.
Dalam Tabernakel Musa, Tabut Perjanjian (ארון הברית) diletakkan langsung di atas tanah di Ruang Maha Kudus (Qodesh haQodashim). Tetapi ketika Salomo membangun Bait Tuhan, Tabut tidak diletakan di tanah, tetapi  di atas batu yang kemudian disebut Even haShetiyah (1 Raj. 8:6–9). Di tempat inilah, setiap tahun, Imam Besar memercikkan darah tujuh kali pada Hari Pendamaian (Im. 16:14).

Namun, saat Bait Suci kedua didirikan oleh Zerubabel, Tabut Tuhan sudah tidak ada lagi. Yang tersisa hanya batu itu—tempat kemuliaan pernah hadir, tetapi kini tinggal jejak.
Ketika Bait Suci diperluas oleh Herodes di zaman Yesus, Even haShetiyah masih ada. Namun Tabut tetap tidak kembali. Maka ketika Yesus disalibkan dan tirai Bait Suci robek (Mat 27:51), para imam yang sedang melayani di Ruang Suci hanya melihat batu—tanpa kemuliaan, tanpa hadirat, tanpa darah sejati.
Batu itu menjadi monumen kesunyian. Ia telah menyaksikan percikan darah ribuan tahun, tetapi semua itu hanyalah bayangan dari yang akan datang (Ibrani 10:1).

Bagi orang Yahudi, Even haShetiyah adalah pusat dunia, titik awal penciptaan. Tetapi bagi kita, orang percaya, Golgota adalah titik awal dari ciptaan baru. Kristus adalah batu penjuru yang hidup (1 Ptr 2:4), dasar dari keselamatan kekal. (1Kor 3:11; Ef 1:4).

Even haShetiyah mengingatkan kita bahwa tempat yang kudus pun bisa menjadi kosong bila hadirat Tuhan meninggalkannya. Inilah peringatan serius bagi gereja, pelayan Tuhan, bahkan setiap individu percaya. Kita bisa menjadi seperti batu itu—bekas tempat kemuliaan—jika tidak hidup dalam pertobatan dan hadirat Tuhan setiap hari.

Batu itu masih berdiri. Ia telah menyaksikan sejarah: Salomo, kehancuran Yerusalem, pembangunan kembali, bahkan kelahiran dan kematian Sang Mesias. Tetapi kini, ia hanya bekas—bekas tempat Tabut, bekas tempat darah, bekas tempat kemuliaan.

Penutup
Marilah kita tidak hanya mengenang, tetapi menjadi tempat hadirat Tuhan berdiam hari ini. Jangan hanya menjadi "bekas" kemuliaan, tetapi menjadi rumah rohani, batu-batu hidup, tempat Tuhan berkenan berdiam.*
"Kamu sendiri, sebagai batu-batu yang hidup, sedang dibangun menjadi suatu rumah rohani..."
— 1 Petrus 2:5

*note: meneruskan dari pesan seorang sahabat (Sept 2025) 



Komentar

Postingan Populer