Apakah Pikiran Anda Tetap Tertuju pada Allah?

My Utmost (B. Indonesia)
TUHAN, Engkau memberi damai dan sejahtera kepada orang yang teguh hatinya, sebab ia percaya kepada-Mu. — Yesaya 26: 3

Ungkapan pikiran kaya, pikiran jernih, pikiran kotor, dll., sering kita dengar, menyatakan keadaan pikiran. Akan tetapi, bagaimana dengan pikiran lapar (starved mind)? Menurut Chambers, kelaparan pikiran merupakan salah satu sumber kelelahan dan kelemahan dalam hidup hamba Tuhan dan penyebabnya adalah kelalaian. Renungan ini mengajak kita melihat jawab pertanyaan apakah pikiran Anda tetap tertuju kepada Allah?

Apakah Pikiran Anda Tetap Tertuju pada Allah?
Apakah pikiran Anda tetap tertuju kepada Allah atau pikiran Anda kelaparan? Kelaparan pikiran, yang disebabkan oleh kelalaian, merupakan salah satu sumber kelelahan dan kelemahan dalam hidup seorang hamba Tuhan. (Kelalaian artinya tidak memberikan perhatian sebagaimana seharusnya).

Jika Anda tidak pernah menggunakan pikiran Anda untuk menempatkan diri di hadapan Allah, lakukanlah itu sekarang. Tidak ada alasan untuk menanti Allah datang pada Anda. Anda harus memalingkan pikiran dan pandangan Anda menjauhi wajah berhala, lalu memandang kepada-Nya dan diselamatkan (lihat Yesaya 45:22).

Pikiran Anda adalah pemberian terbesar yang dikaruniakan Allah kepada Anda dan wajib diabdikan seluruhnya bagi-Nya. Anda harus berusaha "menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus (2 Korintus 10:5)(Alkitab KJV menerjemahkannya "taat kepada Kristus"). Hal ini akan menjadi salah satu aset/modal terbesar dari iman Anda ketika masa pencobaan tiba, karena pada saat itu iman Anda dan Roh Allah akan bekerja sama-sama.

Bila Anda mempunyai pemikiran dan gagasan yang layak untuk memuliakan Allah, belajarlah untuk membandingkan dan menghubungkannya dengan semua yang terjadi di alam -- terbit dan terbenamnya matahari, bersinarnya bulan dan bintang-bintang, dan perubahan musim. Anda akan mulai melihat bahwa pemikiran Anda juga berasal dari Allah, dan pikiran Anda tidak akan tunduk lagi kepada cara berpikir yang impulsif (semata mengikuti dorongan hati), tetapi akan selalu dipakai untuk melayani Tuhan.

"Kami dan nenek moyang kami telah berbuat dosa ... (dan) ... tidak ingat... (Mazmur 106:6-7). Ayat ini merupakan ajakan menggugah ingatan kita dan segera bangkit. Jangan katakan kepada diri Anda, "Namun, Allah tidak berbicara kepadaku sekarang." Dia seharusnya berbicara. Ingatlah milik siapa Anda, dan siapa yang Anda layani. Berusahalah untuk mengingat, maka kasih Anda kepada Allah akan bertambah sepuluh kali lipat. Pikiran Anda tidak akan lapar lagi, tetapi akan hidup dan bersemangat, dan harapan Anda akan selalu menyala-nyala.

1) Sebutan "orang yang teguh hatinya", dalam ayat Yesaya 26: 3 dalam Alkitab KJV diterjemahkan sebagai "orang yang pikirannya tetap tertuju pada-Mu" - "whose mind is stayed on thee", yang menjadi dasar judul renungan: Apakah Pikiran Anda Tetap Tertuju pada Allah? 2) Ada perbedaan judul renungan pada edisi yang beredar saat ini (RBC) dan terbitan pertama (1935). Judul pada terbitan pertama (1935) lebih menekankan pada "harapan": Apakah Harapan Anda pada Tuhan Redup dan Mati? ( Is Your Hope in God Faint and Dying?), dan menjadi penekanan pada penutup renungan. 3) Starved mind atau pikiran (yang) lapar, ada juga yang menerjemahkannya menjadi pikiran kosong. Menurut saya, yang dimaksudkan penulisnya memang adalah keadaan pikiran yang lapar (starved mind), bukan pikiran yang kosong, yang pengertiannya pasti berbeda. Masalahnya memang, istilah/ungkapan pikiran lapar terdengar janggal, karena tidak lazim seperti pikiran kaya, pikiran jernih, pikiran kotor, dll.. Bahasa sering tidak lepas dari biasa dipakai atau tidak biasa. Yang tidak biasa, walau benar, bisa "salah"!

Komentar

Postingan Populer