Marilah kepada-Ku ... — Matius 11:28

My Utmost (B. Indonesia)
Marilah kepada-Ku ... — Matius 11:28

"Maju Menuju ke Sana", adalah judul renungan hari ini. Maksudnya adalah ke tempat dosa dan dukacita diakhiri, dan nyanyian Tuhan dimulai dalam hidup, yaitu dengan datang kepada Yesus. Hubungan pribadi dengan Yesus mengubah segala-galanya. Ia akan memberikan kelegaan dengan menurunkan kita dari tempat tidur kelesuan dan kepayahan kita. Dan, Ia akan memenuhi kita dengan roh kehidupan penuh semangat.

Maju ke Sana (1)

Tempat dosa dan dukacita diakhiri adalah tempat nyanyian orang kudus dimulai. Sungguhkah saya ingin tiba di sana?

Saya dapat tiba di sana sekarang juga. Pertanyaan-pertanyaan penting dalam kehidupan sesungguhnya hanya sedikit dan semuanya terjawab oleh kata-kata ini: "Marilah kepada-Ku." Kata-kata Tuhan tidaklah berbunyi, "Lakukanlah ini, atau jangan lakukan itu", tetapi, "Marilah kepada-Ku." Kalau saja saya mau datang kepada Yesus, maka hidup saya sesungguhnya akan menjadi serasi dengan hasrat saya yang sesungguhnya. Saya akan benar-benar berhenti dari dosa, dan akan mendapati nyanyian Tuhan dimulai dalam hidup saya.

Sudahkah Anda datang kepada Yesus? Pandanglah hati Anda yang degil. Anda lebih baik melakukan tindakan sederhana seperti anak ini yaitu menanggapi panggilan-Nya "Marilah kepada-Ku." Jika Anda sungguh ingin berhenti dari dosa, Anda harus datang kepada Yesus.

Hidup dan perkataan Yesus Kristus merupakan ujian untuk menentukan kesungguhan dan ketulusan Anda. Perhatikan cara Dia menggunakan kata "marilah". Pada saat yang paling tidak diduga atau diharapkan dalam hidup Anda terdengar bisikan Tuhan -- "Marilah kepada-Ku," dan Anda segera ditarik kepada-Nya.

Hubungan pribadi dengan Yesus mengubahkan segala-galanya. Datanglah sebagaimana adanya kepada Yesus dan menyerahkan diri Anda kepada-Nya. Sikap yang Anda perlukan untuk datang kepada-Nya ialah tekad hati menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya.

"Aku akan memberikan kelegaan kepadamu" -- yaitu, "Aku akan menopangmu agar engkau berdiri teguh." Dia tidak berkata, "Aku akan membaringkanmu di tempat tidur, memegang tanganmu dan membuatmu tidur tenang." Tidak. Akan tetapi, pada hakikatnya Dia berkata, "Aku akan menurunkanmu dari tempat tidur -- dari kelesuan dan kepayahanmu, dan dari keadaanmu yang antara hidup dan mati. Aku akan memenuhimu dengan roh kehidupan, dan engkau akan ditopang oleh hidup penuh semangat."

Namun, kita terkadang menjadi sedemikian lemah dan merasa iba diri dan berbicara tentang kehendak Tuhan yang "membuat kita menderita"! Di manakah keagungan hidup dan kuasa Anak Allah dalam hal itu?

Komentar