Apakah yang Dilakukan Selanjutnya?

My Utmost (B. Indonesia)
Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya. — Yohanes 13:17

"Apakah yang Dilakukan Selanjutnya?", judul renungan hari ini, yang menekankan jangan menjadi orang percaya yang melempem, yang puas bersandar di pelabuhan. Akan tetapi, kita harus menjadi orang percaya yang maju ke laut lepas kepada kedalaman Allah yang besar, menjadi orang percaya yang mampu mengenal kehendak Tuhan, dan melakukannya. Jika kita tidak mengambil keputusan untuk maju, Allah sendiri dengan caranya akan mengirim kita ke laut lepas untuk belajar lebih jauh.

Apakah yang Dilakukan Selanjutnya?

Bertekadlah untuk mengetahui lebih banyak daripada orang lain. Jika Anda sendiri tidak memutuskan tali yang menambat Anda di dermaga, maka Allah akan menggunakan badai untuk memutuskannya lalu mengirim Anda ke laut lepas. Serahkan segala sesuatunya kepada Allah, ikuti alunan besar gelombang maksud-Nya, maka mata Anda akan terbuka. Jika Anda percaya kepada Yesus, Anda tidak selayaknya menghabiskan waktu Anda di perairan tenang di pelabuhan, yang penuh dengan kegembiraan tetapi senantiasa tertambat di dermaga. Anda harus keluar meninggalkan pelabuhan menuju kedalaman yang lebih besar Allah, dan mulai mengenal hal-hal untuk diri Anda sendiri — mulai memiliki kemampuan pembedaan dan penilaian rohani/spiritual.

Jika Anda tahu bahwa Anda harus melakukan sesuatu dan Anda melakukannya, dengan segera Anda akan mengetahui lebih banyak lagi. Periksalah diri Anda ketika Anda menjadi melempem, yaitu ketika Anda mulai kehilangan perhatian rohani. Dan, Anda akan menemukan diri Anda kembali ke titik ketika Anda tidak melakukan sesuatu, padahal Anda tahu seharusnya Anda melakukan sesuatu.

Anda tidak melakukan hal itu adalah karena sepertinya tidak merasa ada panggilan untuk melakukan hal itu. Masalahnya adalah, Anda tidak mempunyai pengertian yang dalam atau kemampuan menilai hal-hal rohani. Lebih jauh, pada saat kritis, Anda secara rohani kacau, dan tidak mempunyai pengendalian diri rohani sebagaimana seharusnya. Dalam keadaan seperti ini adalah bahaya untuk menolak terus belajar dan mengetahui lebih banyak.

Ketaatan palsu atau tiruan adalah keadaan pikiran ketika Anda membangun alasan mengorbankan diri sendiri, dan upaya serta semangat Anda secara keliru diartikan sebagai kemampuan menilai hal-hal rohani. Memang lebih mudah mengorbankan diri daripada melaksanakan tugas rohani Anda, yang dinyatakan dalam Roma 12:1-2. Sesungguhnya adalah jauh lebih baik untuk memenuhi maksud tujuan Allah dalam hidup Anda dengan memahami kehendak-Nya daripada melakukan atau mempertunjukkan tindakan pengorbanan diri yang hebat. Seperti dikatakan oleh firman Tuhan, mendengarkan, patuh, lebih baik daripada korban (1 Samuel 15:22).

Waspadalah bila Anda memberikan perhatian atau teringat kembali akan diri Anda dahulu, di pelabuhan Anda. Namun, majulah terus dalam pengenalan akan kehendak Allah "Siapa saja yang mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu... "(Yohanes 7:17).

Komentar