Jangan ada padamu ilah lain di hadapan-Ku, dan teori evolusi

Jangan ada padamu ilah lain di hadapan-Ku

Teks:
Keluaran 20:1-3 (TB)  Lalu Allah mengucapkan segala firman ini: 
"Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. 
Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku." (4)

Oleh Victor Christianto

Shalom aleikhem,

Para pembaca yang terkasih dalam Tuhan, puji syukur sekitar dua minggu yang lalu penulis mengikuti webinar yang diadakan oleh Yayasan Damai Sejahtera Utama, dalam rangka memperkenalkan Seri buku Sejarah Penebusan karya alm. Pdt. Dr. Abraham Park.

Memasuki hari keempat, dikisahkan bagaimana Musa naik turun gunung Sinai tidak kurang 8 kali, dalam kurun waktu lebih dari 120 hari, demi memohon belas kasihan dan pengampunan Tuhan setelah 2 loh batu yang pertama dibantingnya saat melihat bangsa Israel menyembah patung lembu emas.

Perintah yang pertama
Di antara sepuluh perintah Allah yang dapat Anda baca di Keluaran 20, penulis yakin bahwa ada alasan khusus mengapa perintah "jangan ada ilah lain di hadapanKu" ditempatkan di urutan pertama: karena Tuhan tahu bahwa kita semua sangat rentan untuk menyembah segala apa yang kelihatan.

Beberapa bulan ini, penulis membaca secara berurutan Alkitab PL, dan menjumpai bahwa sejak era kejayaan Yosua, umat Israel meninggalkan Tuhan dan akhirnya Tuhan meninggalkan mereka. Itu dapat kita baca sepanjang kitab Hakim-hakim. Bahkan kitab Samuel dan Raja-raja berisi kisah pasang surut relasi umat Israel dengan Tuhan, sampai akhirnya kerajaan Israel Utara dan Selatan dibuang ke Asyur dan Babel.

Mungkin kita sering mengatakan: ya memang bangsa Israel bandel dan tegar tengkuk.
Lalu bagaimana dengan kita? Kalau mau sedikit introspeksi, bukankah kita semua juga bandel-bandel dan pada tegar tengkuk?
Untuk menunjukkan bahwa di dunia modern ini ada banyak juga ilah lain yang patut kita waspadai, baiklah saya ceritakan sedikit diskusi sekitar tahun 2010 (waktu itu belum menempuh kuliah teologi.)

Hiu berhidung gergaji
Ceritanya suatu kali saya berkunjung ke salah satu kampus Kristen terkemuka di negeri ini, dan kebetulan ada acara diskusi kamisan dengan tema seputar teori evolusi Darwin.
Ketika saya berkesempatan menyampaikan presentasi, saya sampaikan terus terang bahwa teori evolusi tersebut sebenarnya kurang kuat sebagai suatu teori ilmiah. Lebih tepatnya adalah semacam asumsi atau ideologi yang dipaksakan ke ranah biologi, karena kemungkinan konsep seleksi alam itu dipengaruhi oleh Malthus (dan Darwin mengakui hal ini).
Dan salah satu hal yang saya ajukan sebagai argumen bantahan adalah adanya beberapa hewan yang tidak mungkin berasal dari makhluk yang lebih sederhana. (1)
Ambil contoh misalnya: hiu berhidung gergaji, yang dari penelitian bukan dari hasil proses perkembangan yang lambat, namun memang diciptakan seperti itu.(lihat ilustrasi)

Saya sampaikan dengan lugas dan jelas, dan memang reaksi dari para akademisi di kampus tersebut lumayan beragam. Salah satu dosen jurusan biologi bereaksi keras: "Pak, tolong jangan buat pernyataan aneh-aneh. Bisa kacau ini jurusan biologi kalau teori evolusi dibilang keliru."

Sebagai penutup diskusi tersebut, penulis hanya sampaikan bahwa memang perlu waktu sampai kita menyadari apa yang fakta dan mana yang bukan. Dan penulis tidak hendak memaksakan pendapat. Lalu diskusi diakhiri tanpa kesimpulan.

Ketika kami sedang berjalan keluar dari ruang diskusi, ketua jurusan biologi di sana yang agaknya berusaha bersikap lebih netral, menyatakan bahwa beberapa ilmuwan berusaha mengajukan teori ID (rancangan cerdas) untuk mendamaikan antara temuan ilmiah dan penciptaan. Di antaranya beliau menyarankan penulis untuk membaca karya Michael Behe.

Sebelum kami berpisah dengan para peserta, dosen biologi yang tadi memberikan respon tajam, rupanya masih penasaran, lalu bertanya secara terpisah kepada penulis: "Menurut bapak, apakah teori evolusi itu ilmiah atau ideologi?"
Penulis menjawab tegas: "Ideologi."

Penutup
Demikian bapak ibu dan para sahabat, sekelumit cerita tanpa maksud menyudutkan kampus kampus Kristen di manapun yang mungkin dengan agak terpaksa mengajarkan teori Darwin dalam kurikulum mereka.

Lama berselang, setelah saya usai berkuliah teologi, sekitar awal 2018 penulis mendapat kesan atau tepatnya perintah dari Roh Kudus untuk merobohkan baal-baal modern. Waktu itu penulis bertanya, "Tuhan, ilah mana yang mesti dirobohkan? Kan ada banyak ilah modern?" 
Tuhan menjawab bahwa dalam dunia sains ada 4 ilah yang utama, 3 di antaranya adalah trio teori ateis: Darwin dengan evolusinya, Marx dengan komunismenya, dan Freud dengan psikoanalisisnya. Satu lagi dari keempat itu lebih baik tidak saya sebut dahulu, karena akan terdengar sangat kontroversial.

Itulah yang penulis kerjakan dalam beberapa waktu terakhir ini. Dan puji syukur ke hadirat Tuhan, kira-kira beberapa bulan lalu ada tayangan seorang youtuber muda yang menunjukkan temuan fosil di Jerman, yang disebut "Danuvius Guggenmosi."(2)
Penulis sempat menuliskan suatu artikel singkat, menunjukkan bahwa hipotesis Darwin bahwa umat manusia berasal dari benua Afrika (out of Africa hypothesis) dapat dibantah dengan temuan Danuvius Guggenmosi itu. Artikel penulis sudah diterbitkan di salah satu jurnal.(3)

Versi 1.0: 21 Mei 2021, 09:06
Versi 1.1: 22 Mei 2021, 09:08
VC

Bacaan lanjutan:
(1) Hiu bergigi gergaji dan satwa-satwa lain yang tidak berevolusi.  Url,: https://www.mongabay.co.id/2015/05/14/benarkah-satwa-air-ini-tidak-berevolusi-selama-jutaan-tahun/amp/
(3) V. Christianto. Letter to Editor. IJNS vol  14 no. 1, 2021. Url: http://americaspg.com/articleinfo/21/show/673

Komentar