Kita memang manusia,namun ....
My Utmost (B. Indonesia)
Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. — 1 Kor 10:31
Ujian bagi kehidupan seorang percaya bukanlah keberhasilan, tetapi kesetiaannya. Tujuan kita bukan keberhasilan dalam pekerjaan kristiani, tetapi untuk menghayati kehidupan yang "tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah", dalam kondisi kemanusiaan kita setiap hari.
Kita Masih Tetap Manusia, namun...
Dalam firman Allah, mukjizat besar inkarnasi turun dalam kehidupan biasa dari seorang anak; mukjizat besar dari pemuliaan di gunung pudar dalam lembah yang dibayangi setan; kemuliaan kebangkitan turun dalam suatu sarapan pagi di tepi danau. Hal ini bukan antiklimaks, tetapi wahyu yang besar dari Allah.
Kita memiliki kecenderungan untuk mencari keajaiban dalam pengalaman kita, dan kita salah mengartikan tindakan heroik sebagai pahlawan sungguhan. Melewati suatu krisis dengan cara yang hebat tidak sama dengan melewati hari demi hari sambil memuliakan Allah di mana tidak ada saksi, tidak ada lampu sorot, dan bahkan tidak seorang pun memberikan perhatian sama sekali kepada kita. Bila kita tidak mencari mahkota keagungan dan disebut sebagai orang kudus, setidak-tidaknya kita ingin sesuatu yang dapat membuat orang berkata, "Betapa menakjubkan pria pendoa ini!" atau "Betapa hebat pengabdian wanita ini!" Bila Anda benar-benar mengabdi kepada Tuhan Yesus, Anda telah mencapai ketinggian yang mulia di mana tidak seorang pun memerhatikan Anda secara pribadi. Yang diperhatikan adalah kuasa Allah yang datang melalui Anda setiap saat.
Kita ingin dapat berkata, "Oh, aku mendapat panggilan yang menakjubkan dari Allah!" Akan tetapi, bahkan untuk melakukan tugas yang paling rendah untuk kemuliaan Allah diperlukan inkarnasi Allah yang Mahabesar untuk bekerja di dalam kita. Agar dapat menjadi benar-benar tidak menjadi perhatian, diperlukan Roh Allah dalam kita yang membuat kita secara mutlak milik-Nya dalam kemanusiaan kita. Ujian bagi kehidupan seorang percaya bukanlah keberhasilannya, tetapi kesetiaannya pada tingkat kehidupan manusiawi. Kita cenderung untuk menempatkan keberhasilan dalam pekerjaan kristiani sebagai tujuan kita, padahal tujuan kita seharusnya adalah memperlihatkan kemuliaan Allah dalam kehidupan manusia, untuk menghayati kehidupan yang "tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah" dalam kondisi kemanusiaan kita setiap hari (Kolose 3:3). Hubungan kemanusiaan kita merupakan kondisi yang sungguh-sungguh di dalamnya kehidupan Allah harus ditunjukkan.
Komentar
Posting Komentar