Hikmah di tengah pandemi bagi gereja-gereja masa kini
Hikmah di tengah pandemi bagi gereja-gereja masa kini
oleh Victor Christianto, email: vic104@protonmail.com
Shalom aleikhem,
Sekalipun memang ada banyak kendala bagi terus berlangsungnya kehidupan gereja-gereja di negeri ini, entah itu gereja besar maupun gereja sedang / kecil, namun ada baiknya jika kita juga belajar bersyukur bahwa ada juga berbagai hikmah di tengah suasana pandemi ini.
Beberapa minggu yang lalu, seorang sahabat penulis mengirimkan artikel dari Ps. Thom S. Rainer seperti yang saya lampirkan di bagian akhir tulisan ini. Namun kalau dibaca dengan teliti, artikel Ps Thom Rainer mungkin tidak sepenuhnya cocok dengan apa yang kita alami sehari-hari. Karena itu ijinkan saya memberikan rangkuman dalam versi saya, mengenai hikmah di tengah pandemi ini (setidaknya dari apa yang saya alami saat-saat ini).
Hikmah di tengah pandemi
(i) Mulai menghargai pelayanan 5 jawatan*
Pelayanan gereja-gereja pada masa kini, sejauh yang penulis ketahui, umumnya bertumpu pada dua pilar utama: gembala senior dan gembala junior (terutama di gereja gereja bercorak kharismatik), dan pendeta dan penatua (terutama di gereja arus-utama). Memang ada juga gereja-gereja yang menerapkan kombinasi, misalnya: gembala senior, gembala junior, dan penatua (kadang dilengkapi juga dengan para diaken). Dan ada pula fungsi pengajar atau guru, misalnya dalam pelayanan guru sekolah minggu.
Jika kita mau jujur, sebenarnya ada yang disebut dengan pelayanan 5 jawatan yang dianjurkan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus (Surat Efesus pasal 4, lihat [1]). Sejauh yang penulis ketahui, 3 jawatan seperti pemberita Injil, rasul dan nabi tidak lagi populer, bahkan dianggap asing dan terkesan kuno bagi gereja-gereja masa kini. Seolah itu hanya berlaku bagi gereja mula-mula yang dirintis para rasul. Bahkan jawatan rasul itu -jika akan diterapkan kembali - besar kemungkinan akan mengundang perdebatan tanpa akhir jika kita mulai bertanya, siapa yang akan menetapkan para rasul?
Namun demkian, kedua jawatan lain yakni pemberita Injil dan nabi masih sangat relevan, khususnya -jika mengutip Surat Efesus tadi- demi pendewasaan jemaat sebagai Tubuh Kristus.
Awalnya penulis juga berpikir bahwa jawatan kenabian itu hanya ada di Kitab Suci saja, namun dengan pandemi ini, jadi mulai mengenal nama-nama seperti Chuck Pierce, Sadhu Sundar Selvaraj, yang kerap menjadi perantara yang ditunjuk Tuhan untuk mennyatakan pesan-pesan dan nubuat dari Tuhan. Namun demikian, memang segala sesuatu mesti diuji dahulu kebenarannya, jadi kita memerlukan hikmat dan discerning spirit.
(ii) Gereja segala bangsa
Tentu dengan adanya pandemi ini, kebanyakan dari kita jadi lebih terbuka untuk saling "berkunjung" secara virtual ke gereja lainnya. Bisa jadi, sebuah keluarga yang terbiasa ibadah pagi dalam suatu denominasi, maka saat pandemi ini bisa mengikuti ibadah atau layanan streaming di 2-3 gereja sekaligus. Tentu hal ini membuat umat makin diperkaya, sekalipun juga membuat pusing para pengurus gereja: misalnya kalau bertanya, apakah jumlah umat yang mengikuti ibadah streaming hari minggu, benar-benar jemaat yang terdaftar atau hanya pengunjung yang hanya kebetulan mengikuti ibadah online?
Di satu sisi, hal ini dapat dilihat sebagai kendala untuk memantau jemaat masing-masing, namun di sisi lain hal ini tampaknya merupakan kesempatan bagi gereja-gereja untuk berkarya dalam pelayanan mimbar tanpa harus mempersoalkan apakah pendengar suatu tayangan streaming memang anggotanya atau bukan.
Tampaknya secara berangsur-angsur gereja mulai menyadari makna sesungguhnya Keesaan Gereja. Artinya gereja-gereja makin menyadari dirinya sebagai bagian dari Gereja segala bangsa, yang saling melayani dan berbagi.
Ilustrasi. Gereja sebagai Tubuh Kristus
(iii) Tumbuhnya gereja-gereja mikro (microchurches).
Ps. Thom Rainer menyatakan bahwa salah satu kecenderungan adalah bertumbuhnya gereja-gereja mikro. Tentu ini bukan hal yang menyenangkan bagi gereja-gereja yang memiliki jemaat yang besar, namun bisa jadi pandemi justru menjadi berkah tersendiri bagi gereja-gereja yang tidak berjemaat terlalu banyak. Karena kebanyakan aktivitas ibadah dilakukan secara virtual, mungkin saja gereja dengan jemaat 100-200 orang justru dapat menghadirkan layanan ibadah yang menjangkau banyak orang.
Dalam salah satu artikel yang sangat menarik, Ps. Jeremy Stephens mengulas tentang dua tipe gereja mikro, yang beliau sebut: (a) gereja mikro dengan tujuan yang spesifik, (b) model gereja mikro inkubator.[2] Mungkin yang dimaksud oleh Ps Jeremy Stephens dengan gereja dengan tujuan yang spesifik adalah seperti misalnya Tampa Underground Network. [3][4]
Tentu mesti dikaji kembali apakah pemerian menjadi dua tipe gereja mikro tersebut sesuai untuk konteks menggereja di negeri ini.
Penutup
Demikian ulasan singkat mengenai berbagai hikmah yang juga patut kita syukuri, meski juga diakui bahwa banyak perubahan yang merepotkan khususnya bagi para penyelenggara gereja.
Kiranya tulisan singkat ini menolong para pembaca untuk menggumuli panggilannya dalam konteks gereja masing-masing.
catatan:
* Artikel ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk menganjurkan bahwa gereja-gereja mesti buru-buru mengadopsi model pelayanan Efesus 4 tersebut, karena tentu setiap denominasi memiliki tradisi dan model kepemimpinan yang khas. Artikel ini hanya berusaha mencerminkan bahwa pola pelayanan 5 jawatan agaknya mulai kembali diterima. Jadi artikel ini lebih bertujuan deskriptif, bukannya preskriptif.
versi 1.0: 5 Februari 2021, pk. 2:04
VC
Sumber:
(1) 5 Jawatan Pelayanan Di Alkitab - RUBRIK KRISTEN
(2) Jeremy Stephens. The 2 types of microchurches. url: Types+of+Microchurches.pdf (squarespace.com)
(3) Tampa Underground Network. url: Episode 8 - Tampa Underground Network: Pioneering New Mission Structures in North America - Send Institute
(4) http://www.tampaunderground.com
===
Lampiran: Artikel Ps. Thom S. Rainer
Ini 5 Prediksi yang Diperkirakan Terjadi Pada Gereja Satu Tahun Dari Sekarang
Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh pemimpin LifeWay Christian Resources Thom S. Rainer memprediksi apa yang terjadi dengan gereja di seluruh dunia sejak munculnya pandemi satu tahun dari sekarang.
Terhitung dari sejak pandemi muncul, sudah hampir setahun gedung gereja harus tutup dan mengalihkan layanannya melalui online. Di tengah kondisi inilah, Rainer mencoba untuk memahami apa yang dihadapi para pemimpin gereja dan juga jemaatnya belakangan ini.
Menurut Rainer, ada 5 hal yang diprediksi akan terjadi kepada gereja satu tahun dari sekarang.
1. Setidaknya 20% dari jemaat gereja yang hadir sebelum pandemi akan hilang
Jumlah ini sendiri bisa berbeda-beda dari satu gereja dengan gereja lain. Tapi dampaknya tetap menyebabkan kehilangan bagi gereja.
Rainer juga menemukan bahwa beberapa jemaat yang sebelumnya jarang ke gereja saat masih tatap muka akan aktif di ibadah online. Tapi sebagian besar dari jemaat lain yang aktif di ibadah tatap muka bisa jadi sama sekali tidak akan mengikuti ibadah online gereja sama sekali.
2. Banyak pendeta akan meninggalkan pelayanan selama satu tahun ke depan
Pandemi bisa menjadi berkat dan juga penyebab kekecewaan. Rainer memprediksi bahwa sebagian dari pendeta akan mundur dari pelayanan yang sudah dia jalani selama belasan hingga puluhan tahun. Alasannya pun beragam dan bisa diterima secara logis. Namun sebagian lainnya memilih untuk mundur karena tekanan dan rasa putus asa akibat kondisi gereja yang semakin buruk akibat pandemi.
3. Gereja kembali pada tujuan sejatinya
Percaya atau tidak, Rainer memprediksi bahwa masa pandemi justru menjadi momen bagi gereja untuk aktif menuai banyak jiwa-jiwa baru.
Dia mengamati jika tradisi gereja selama tiga dekade belakangan ini akan ditinggalkan dan beralih kepada penjangkauan yang radikal terhadap orang-orang yang tidak percaya.
Jemaat gereja pun ikut bertumbuh semakin dewasa, sehingga pertumbuhan gereja yang selama ini muncul dari proses perpindahan orang Kristen dari satu gereja ke gereja lainnya akan berubah total.
Inilah babak baru bagi gereja untuk mengakhiri tradisi gereja yang saling memangsa.
4. Akan lebih banyak gereja-gereja kecil bermunculan
Gereja-gereja bergerak dari pertumbuhan vertikal (menghadirkan sebanyak-banyaknya jemaat di satu lokasi ibadah minggu) kepada pertumbuhan horizontal (menjadikan berbagai tempat sebagai tempat ibadah). Hal inipun akan mendorong munculnya gereja-gereja mikro (kecil) yang terdiri dari 25-30 jemaat saja.
Kehadiran gereja-gereja ini pun diprediksi akan berdampak besar bagi masa depan penatalayanan gereja.
5. Akan ada gereja yang diambil alih dan gereja yang membutuhkan pembinaan
Jika sebagian gereja bisa melewati masa pandemi dengan baik. Maka akan ada gereja yang tidak akan bisa bertahan. Jadi, tidak dimungkiri jika pandemi bisa membuat sebagian gereja kehilangan pemimpin. Sehingga gereja ini akan diadopsi oleh gereja lainnya. Sementara gereja lain yang sulit berjuang sendiri menghadapi perubahan besar ini akan membutuhkan bantuan dan bimbingan dari gereja-gereja lain yang lebih kuat dan sehat.
Meskipun kelima hal di atas hanyalah prediksi saja, tapi Rainer meyakini jika satu tahun ke depan akan menjadi momen yang menantang sekaligus menyenangkan bagi gereja-gereja lokal di seluruh dunia. Karena itu, gereja diharapkan bisa tetap kuat dan yang terpenting mencari apa yang menjadi kehendak Tuhan atas gereja di masa-masa ini.
Mari tetap bersatu dan saling mendukung dalam doa.
Sumber : Jawaban.com
Komentar
Posting Komentar