Doa yang Didengar Bapa
My Utmost (B. Indonesia)
Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata, "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku." — Yohanes 11:41
Renungan hari ini masih tentang doa, rangkaian dari hari sebelumnya dengan penekanan pada "Doa yang Didengar Bapa". Allah Bapa akan selalu mendengar doa-doa saya, jika Anak Allah menjelma di dalam saya, dinyatakan dalam kemanusiaan saya, saya memberikan kesempatan kepada-Nya untuk bekerja di dalam saya, dan tidak bersandar pada kemampuan maupun penalaran saya, melainkan pada pengertian adikodrati daripada-Nya.
Doa yang Didengar Bapa
Bila Anak Allah berdoa, Dia hanya sadar sepenuhnya hanya akan Bapa-Nya. Allah selalu mendengar doa-doa Anak-Nya, dan jika Anak Allah menjadi menjelma di dalam saya (Galatia 4:19), Bapa akan selalu mendengar doa-doa saya. Akan tetapi, saya harus mengusahakan agar Anak Allah dinyatakan dalam daging kemanusiaan saya. "...tubuhmu adalah bait Roh Kudus... " (1 Korintus 6:19) artinya tubuh Anda adalah Betlehemnya Anak Allah.
Apakah Anak Allah telah diberi kesempatan untuk bekerja di dalam saya? Apakah kesederhanaan hidup-Nya bekerja di dalam saya sebagaimana hal itu telah bekerja di dalam hidup-Nya ketika berada di bumi? Bila saya dihadapkan dengan kejadian-kejadian hidup setiap harinya sebagai seorang manusia biasa, adakah doa Anak Allah yang kekal kepada Bapa-Nya dinaikkan di dalam diri saya?
Yesus bersabda, "Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku... " (Yohanes 16:26). Hari yang mana yang dimaksudkan-Nya? Dia sedang mengacu pada hari ketika Roh Kudus telah datang kepada saya dan mempersatukan saya dengan Tuhan.
Apakah Tuhan Yesus Kristus sangat dipuaskan oleh hidup Anda, atau apakah Anda sedang menunjukkan perilaku kesombongan rohani di hadapan-Nya?
Jangan biarkan akal sehat atau penalaran Anda menjadi sedemikian kuat dan menonjol sehingga hal itu menyisihkan Anak Allah. Penalaran adalah karunia yang diberikan Allah kepada sifat manusiawi kita -- tetapi penalaran bukanlah karunia dari Anak-Nya. Pengertian adikodratilah yang merupakan karunia dari Anak-Nya, dan jangan pernah menempatkan penalaran kita naik takhta.
Sang Anak mengenal dan mengetahui Bapa, tetapi penalaran tidak pernah mengenal dan mengetahui Bapa dan tidak akan pernah. Kemampuan kecerdasan kita tidak akan pernah menyembah Allah, kecuali ia itu diubahkan oleh Anak Allah yang tinggal di dalam kita.
Kita harus memastikan bahwa kemanusiaan daging kita tunduk sepenuhnya kepada-Nya, dengan mempersilakan Dia bekerja melaluinya saat demi saat.Apakah kita hidup pada tingkat ketergantungan kepada Yesus Kristus sehingga hidup-Nya sedang dinyatakan dari saat ke saat di dalam diri kita?
Komentar
Posting Komentar