Puasa dan ibadah sejati
Renungan untuk KPR
Sabtu, 28 Agustus 2021
Teks: Yes. 58:9b-14
Tema: More social for others
Subtema: Puasa dan ibadah sejati yang Tuhan kehendaki
Nats:
Yesaya 58:9-10 (TB) Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah,
apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari.
Renungan:
Ayat 9b-14 dari Yesaya pasal 58 ini tidak dapat dilepaskan dari ayat-ayat sebelumnya dari Yesaya 58 yang berisi teguran dari Tuhan kepada segenap bangsa Israel yang cenderung mempraktekkan ibadah lahiriah...namun kurang mempedulikan sesama yang kurang beruntung.
Mari kita perhatikan terutama ayat 6-8, akan bagaimana puasa dan ibadah yang sejati di hadapan Tuhan.
Pertanyaan untuk kita renungkan: sudahkah kita benar benar beribadah kepada Tuhan dengan hati yang tulus? Artinya juga berusaha lebih peduli kepada sesama di sekitar kita, khususnya yg sedang dalam kesulitan?
---
Sinonim dari puasa adalah kerendahan hati dan introspeksi diri yang membawa kepada pertobatan, puasa yang sejati bukanlah pertunjukan di muka umum, tetapi semacam kesadaran kerendahan hati di hadapan Allah, dan pada saat yang sama memperhatikan dan menolong komunitas yang kurang beruntung di sekitarnya. Ayat 6 menunjukkan bahwa puasa yang Allah inginkan adalah membantu yang tertindas mendapatkan pembebasan (「menguraikan tali kuk dan memecahkan segala kuk」), seperti halnya pada Tahun Yobel, semua budak dan pekerja bebas untuk kembali ke tanah air mereka (Im. 25:39-41, klik untuk membuka); ayat 7 menunjukkan puasa yang sejati adalah untuk memberikan makanan kepada yang kelaparan, dan dengan keramahtamahan memberikan tumpangan kepada yang membutuhkan, dan memberi pakaian kepada yang telanjang, semua ini adalah semacam perawatan dan pertolongan untuk orang miskin, hukum Taurat juga menunjukkan pemeliharaan bagi orang miskin, mereka dapat mengambil gandum dan buah yang jatuh di ladang (Im. 19:9-10). Oleh karena itu, puasa yang sejati yang dijelaskan dalam ayat 6-7 terkait dengan keadilan sosial, tetapi juga dengan menjalankan hukum Allah, singkatnya, puasa bukan hanya perilaku keagamaan, puasa adalah gaya hidup yang menjalankan hukum Allah dan memperhatikan orang miskin, orang yang benar-benar berpuasa adalah yang mencintai orang lain sama seperti dirinya sendiri (Im. 19:18), membawakan kebaikan kepada orang-orang di sekitarnya.
Ayat 8-9 mencatat bagaimana TUHAN akan menanggapi mereka yang menjalankan puasa yang sejati ini. Allah menunjukkan bahwa 「terangmu akan merekah seperti fajar」, dan 「lukamu akan pulih dengan segera」, 「kemuliaan TUHAN barisan belakangmu」, ayat 8 dimulai dengan 「terang fajar」 dan diakhiri dengan 「kemuliaan」 menunjukkan bahwa mereka yang melakukan kebenaran akan memiliki 「cahaya terang」 dan 「cahaya kemuliaan」 Allah (bandingkan juga FAYH yang melengkapi dengan 「TUHAN akan mencurahkan cahaya-Nya yang mulia ke atas kamu dan membuat kamu bercahaya seperti fajar yang merekah」). Inilah yang dikatakan Yes. 60:1 「Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu」, di sini kata 「cahaya」 nyata bukan kata-kata yang bersifat pertunjukan hiburan atau religius, tetapi gambaran bagi mereka yang bersedia melakukan keadilan kebenaran dan menolong yang lemah, cahaya kemuliaan Allah adalah kehadiran penyertaan Tuhan, Allah akan beserta bersama mereka yang melakukan keadilan kebenaran, dan orang lain dapat melalui ini merasakan kasih pemeliharaan Allah kepada yang miskin.
Ayat 9 menyatakan bahwa doa yang benar-benar merealisasikan puasa yang sejati akan dijawab oleh TUHAN, dan Tuhan akan berkata 「Ini Aku!」. Di masa lalu, ketika Yesaya menerima panggilan Tuhan, dia berkata, 「Ini aku …」 (Yes. 6:1), dan mereka yang merealisasikan puasa sejati menerima jawaban Tuhan 「Ini Aku!」, ini ini bukan berarti bahwa Allah dan manusia saling bertukar peran (antara Allah Pemanggil dan yang dipanggil), tetapi menunjukkan bahwa Allah senantiasa setiap saat akan menanggapi doa orang. Oleh karena itu, orang yang menjalankan puasa yang sejati harus menyingkirkan kuk yang menindas orang lain, dan berhenti menghakimi mencela orang lain, dan berhenti berkata-kata jahat, karena semua ini adalah tipu muslihat penindasan di masa lalu, dan orang-orang Israel harus mengubah kutuk menjadi berkat.
Renungkan:
Apakah Anda menutup mata terhadap orang-orang yang membutuhkan di sekitar Anda? Bagaimana cara Anda bertobat dan merealisasikan puasa, serta menjalankan kebenaran yang sejati, sehingga kemuliaan Allah dapat terpancar dalam hidup Anda?
Komentar
Posting Komentar