...Anak Allah yang telah mengasihi aku

My Utmost (B. Indonesia)
... Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. — Gal 2:20

Untuk dapat masuk dalam penyerahan sempurna kepada Tuhan Yesus, kita harus memerangi suasana hati kita dan keluar dari pengalaman dunia kita yang sempit, serta terus-menerus memfokuskan dan menancapkan kokoh iman kita dalam Yesus Kristus. "... Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku." (Galatia 2:20)

Iman atau Pengalaman

Untuk dapat masuk dalam penyerahan sempurna kepada Tuhan Yesus, kita harus memerangi suasana hati (mood), perasaan, dan emosi kita. Untuk masuk dalam penyerahan pengabdian kepada-Nya, kita harus keluar dari pengalaman dunia kita yang sempit. Pikirkanlah siapa yang dimaksudkan Perjanjian Baru dengan Yesus Kristus itu, dan kemudian pikirkan betapa kecil dan menyedihkan iman yang kita tunjukkan dengan berkata, "Aku belum memiliki pengalaman ini atau pengalaman itu!" Pikirkanlah hal yang dinyatakan disediakan melalui iman pada Yesus Kristus: Dia dapat menghadirkan kita tanpa cela di hadapan takhta Allah, sungguh suci, mutlak benar karena dibenarkan secara penuh. Berdirilah atas iman yang sempurna "dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita" (1 Korintus 1:30). Betapa beraninya kita berbicara mengenai berkorban atau melakukan pengorbanan bagi Anak Allah! Kita telah diselamatkan dari neraka dan kehancuran total, dan kemudian kita masih berbicara tentang berkorban!

Kita harus terus-menerus memfokuskan dan menancapkan dengan kokoh iman kita dalam Yesus Kristus -– bukan pada Yesus Kristus menurut persekutuan doa, atau Yesus Kristus menurut buku ini atau itu, tetapi seperti disaksikan Perjanjian Baru, yang merupakan inkarnasi Allah, dan yang seharusnya membinasakan kita di bawah kaki-Nya. Iman kita haruslah dalam Dia, yang dari Dia keselamatan kita bersumber. Yesus Kristus menginginkan penyerahan total, pengabdian tanpa hambatan kepada-Nya. Kita tidak pernah bisa mengalami Yesus Kristus, atau secara egois mengikat Dia dalam petak-petak hati kita. Iman kita harus dibangun atas keyakinan yang kuat di dalam Dia.

Adalah karena kepercayaan (trusting) kita pada pengalaman, maka kita selalu melihat ketidaksabaran Roh Kudus terhadap ketidakpercayaan (unbelief). Semua ketakutan kita adalah dosa, dan kita menciptakan ketakutan kita sendiri karena kita tidak memelihara diri kita sendiri dalam iman. Bagaimana mungkin seseorang yang dipersatukan dengan Yesus Kristus menderita kebimbangan atau ketakutan? Kehidupan kita harus menjadi pujian yang sempurna sebagai hasil dari iman percaya yang berkemenangan, sempurna, dan tak terkalahkan.

Komentar