DUNIA DICIPTAKAN OLEH KASIH ALLAH
DUNIA DICIPTAKAN OLEH KASIH ALLAH*
Banyak orang tidak memperhatikan hal ini dalam membahas tentang penciptaan alam semesta, bahwa dunia diciptakan oleh kasih Allah. Dunia tidak terjadi dengan sendirinya. Dalam Kejadian 1:2 tertulis Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Kata melayang-layang ditulis "merakhepet" dalam bahasa Ibrani dan diterjemahkan oleh TB melayang-layang, oleh ILT: melingkupi, oleh KJV move upon bahkan ada yang menerjemahkan mengerami.
Merakhepet berasal dari kata rakhaf yang dalam BDB diterjemahkan to grow soft, relax. Menurut pemahaman Ibrani jika dua huruf yang berdampingan sama maka keduanya ada kaitannya. Kata rakhaf (rest + khaf +pe) memiliki kaitan dengan rakham (rest + khaf+mem) yang artinya adalah kasih. Rakham adalah kasih. Dan ini berbeda dengan ahab dalam bahasa Ibrani atau khad dalam bahasa Aramik. Rakham adalah kasih yang selaras dengan Tuhan, seharmonis.
Jadi Allah menciptakan dunia ini selaras dengan Dia, tetapi sayang dunia sudah tidak harmonis lagi, itu sebabnya Yesus mati bagi dunia ini untuk menciptakan keharmonisan.
Orang Tionghoa memahami keharmonisan alam semesta sehingga muncul teori yin-yang, keharmonisan merupakan unsur kesembuhan. Jika ada yang sakit, itu artinya tidak harmonis dengan alam. Mereka lupa bahwa alam semesta juga sudah rusak, sehingga tidak harmonis lagi. Keharmonisan bisa diperoleh di dalam Kristus. Jika orang percaya kepada Yesus, maka hidupnya akan harmonis.
Kematian Yesus mengharmonisakan segala sesuatu. Tanpa Yesus tidak ada sesuatupun yang indah.
Orang mencoba mengharmoniskan dirinya melalui musik. Musik dipakai untuk menjembatani dirinya agar stabil. Dentuman drum, petikan gitar, sentuhan piano memangnya memiliki ritme yang indah dengan frekuensi yang teratur, yang cocok dengan pendengaran manusia, detakan jantung. Indah di telinga, nyaman dihati, tetapi masih belum harmonis.
Musik tampaknya membuat seseorang menjadi harmonis, tetapi belum selaras dengan Tuhan, kecuali Roh Tuhan ada dalam pujian itu. Daud menyanyi dengan urapan Tuhan, sehingga Saul yang hatinya sedang goyah menjadi stabil dan tenang. Saul tampaknya harmonis, tetapi tidak selaras dengan Tuhan. Saat itu dia tenang, tetapi setelah itu ia goncang. Saat di gereja orang tenang, tetapi saat keluar dari gereja goncang lagi.
Sebab itu utamakan selaras dengan Tuhan.
*note: meneruskan dari Pdt. Dr. Isak Suria, Ketua STAS, Surabaya
Komentar
Posting Komentar