Hukum dan Injil ( Yakobus 2:10 )
My Utmost (B. Indonesia)
Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya. — Yakobus 2:10
Saya, seorang yang berdosa, tidak mungkin membenarkan diri saya di hadapan Allah. Hanya ada satu jalan yang olehnya saya dapat dibenarkan -- melalui kematian Yesus Kristus -- bukan karena ketaatan saya.
Hukum dan Injil
Hukum moral tidak memperhitungkan kelemahan kita sebagai manusia. Dalam kenyataannya, hukum moral juga tidak memperhitungkan turunan atau cacat kita. Hukum moral hanya menuntut kita untuk bermoral mutlak. Ia berlaku sama terhadap masyarakat kelas atas ataupun kelas terendah di dunia ini. Ia bertahan terus dan selalu sama. Hukum moral, yang ditetapkan oleh Allah, tidak menjadi lemah oleh kelemahan kita dalam melakukannya. Ia tetap mutlak untuk semua waktu dan kekekalan. Jika kita tidak menyadari hal ini, itu karena kita belum mengenal kehidupan sejati. Sekali kita menyadari hal ini, kehidupan kita segera menjadi suatu tragedi yang fatal. "Dahulu tanpa hukum Taurat, aku hidup. Akan tetapi, sesudah datang perintah itu, dosa mulai hidup, sebaliknya aku mati" (Roma 7:9-10).
Sewaktu kita menyadari hal ini, Roh Allah menyatakan kita bersalah karena dosa. Salib Yesus Kristus tetap merupakan sesuatu yang samar, sampai seseorang tiba di tahap penyadaran dan melihat bahwa tidak ada harapan di luar Yesus. Keyakinan keberdosaan kita selalu membawa ketakutan dan perasaan terikat akan hukum. Situasi seperti ini membuat orang menjadi tak berpengharapan, hopeless -- "... terjual di bawah kuasa dosa" (Roma 7:14).
Saya, orang yang berdosa, tidak mungkin membenarkan diri di hadapan Allah. Hanya ada satu jalan yang olehnya saya dapat dibenarkan di hadapan Allah -- melalui kematian Yesus Kristus. Saya harus membuang gagasan mendasar bahwa saya dapat dibenarkan karena ketaatan saya. Siapa di antara kita yang dapat menaati Tuhan dengan sempurna! Kita hanya mulai menyadari kuasa hukum moral ketika kita melihat bahwa hukum itu hadir dengan suatu syarat dan suatu janji. Namun, Allah tidak pernah memaksa kita. Kadang-kadang kita berharap Dia akan membuat kita taat, dan pada saat yang lain kita berharap Dia meninggalkan kita sendiri.
Bila kehendak Allah mendapat tempat sepenuhnya dan mengendalikan hidup kita, Dia akan mengambil semua tekanan dari kita. Dan, ketika kita dengan sepenuhnya memilih untuk taat pada-Nya, Dia akan menjangkau sampai bintang yang terjauh dan sampai ujung bumi untuk menolong kita dengan kuasa-Nya yang Mahabesar -- (dalam bahasa Inggrisnya ditulis dengan indah sekali: "When we choose deliberately to obey Him, He will reach to the remotest star and to the ends of the earth to assist us with all of His almighty power."
Komentar
Posting Komentar