Memaknai Doa Bapa kami dalam terang hermeneutik “This story is our story”

 Memaknai Doa Bapa kami dalam terang hermeneutik “This story is our story”*


Shalom aleikhem,

*Berikut ini salah satu artikel permenungan kami, antara lain terinspirasi dari buklet ODB karya Sandra Glahn, yang telah saya ulas sebelumnya. Semoga berguna dan menguatkan bapak ibu. 

**Catatan: naskah ini masih versi draft, belum ditambah dengan referensi dll. 


===

Pendahuluan

Doa Bapa kami lagi? Oh no! Mungkin ada di antara pembaca yang membatin demikian membaca judul artikel ini.

Kurang mutakhir!

Topik yang terlalu kuno! Mungkin ada juga yang berpikir demikian.

Ya memang topik ini sudah sangat sering dibahas dalam renungan, khotbah maupun artikel ilmiah yang super serius.

Artikel kali ini tidak dimaksudkan sebagai kajian ilmiah yang berat dan serba bikin kening berkerut.

Namun lebih merupakan upaya merenungkan perjalanan spiritual kami, terutama dalam lensa hermeneutika Kharismatik-Pentakostal, yang dirangkum dengan baik oleh Robert Menzies, dalam buku beliau: “This story is our story.”***

Melalui lensa hermeneutika tersebut, ijinkan kami menyampaikan beberapa butir perenungan yang mungkin dapat menolong perjalanan hidup para pembaca sekalian, khususnya dalam menjalani hari-hari yang mungkin terasa berat dengan pandemi dan juga berbagai masalah lain.


Menggunakan lensa hermeneutika : “This story is our story.”

Dalam buku Menzies tersebut, beliau menyatakan bahwa perjalanan hidup gereja di akhir zaman ini, meski tentu dengan kemajuan peradaban yang lebih maju, namun pada dasarnya kita ikut menjalani hal-hal yang dialami para rasul dan juga gereja mula-mula di awal abad 1 M, baik dalam Keempat Injil maupun Kisah Para Rasul.

Dalam konteks hermeneutika tersebut, kita juga dapat meneladani bagaimana Tuhan Yesus yang kita kasihi, telah mengajarkan Doa Bapa kami, tidak saja sebagai cara berdoa, namun juga cara menjalani hidup sebagai murid-muridNya yang sejati. 

Dengan kata lain, perenungan tersebut membawa kami pada pemahaman “upward progression” akan Doa Bapa kami. Artinya melalui Doa Bapa kami tersebut sebenarnya Tuhan Yesus ingin mengajarkan kita menapaki langkah-langkah yang juga dilakoniNya, dan memuncak pada klimaks : “Lepaskanlah kami dari Si Jahat.” Yakni meremukkan kepala si ular tua di atas kayu salib.

Itulah sebabnya kalimat terakhir dari ketujuh kata salib yang diujarkan Yesus adalah : “Tetelestai.”

Dan di bumi ini, kita sebagai murid-muridNya, juga mengalami berbagai belenggu rohani, yang kadang disebut “spiritual stronghold.” Kita mesti belajar mengurainya satu per satu.

Mari kita periksa.


Memaknai Doa Bapa Kami sebagai upward progression

Mari kita perhatikan dan renungkan sebaris demi sebaris Doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri tersebut  (Injil Matius pasal 6):

 

Bapa kami yang di sorga

Tuhan Yesus memperkenalkan kita akan BapaNya, dan mengundang kita untuk memanggil Beliau Sang Khalik langit dan bumi itu, sebagai Bapa kita juga. Artinya Bapalah yang kita sembah dalam segala aspek kehidupan kita.

Itulah langkah pertama kita sebagai seorang murid, menerima Tuhan YHWH sebagai Bapa kita, Bapa di Surga yang senantiasa peduli akan anak-anakNya.

 

Dikuduskanlah NamaMu

Langkah kedua: suatu ajakan dan panggilan, agar kita tidak sembrono menyebut nama Tuhan yang kudus, dan terlebih lagi agar kita tidak membiarkan nama Tuhan itu menjadi olok-olok karena tindakan kita yang tidak memuliakan Dia.

 

Datanglah Kerajaan-Mu

Langkah ketiga: Suatu ajakan agar kita menantikan dan juga mengupayakan agar kerajaan Surga itu dapat hadir di bumi, melalui keadilan dan kebenaran, melalui doa dan karya kita sebagai murid-murid Yesus.

 

Jadilah kehendakMu, di bumi seperti di surga

Langkah keempat: Harus diakui bahwa kadang-kadang kita merasa sok tahu apa yang terbaik bagi Kerajaan Surga, misalnya bikin KKR ke sana ke mari, atau bikin program pemuridan itu dan ini, tanpa terlebih dahulu mencari WajahNya. Padahal seharusnya kita ini hanyalah hamba-hamba dan rekan yunior dari Tuhan, artinya kita mesti mendahulukan apa yang menjadi kehendak Tuhan.

Agar kehendak Tuhan diwujudkan di bumi seperti di surga.

 

Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya

Langkah kelima: Setelah kita berupaya mewujudkan hadirnya kerajaan Tuhan di bumi, dan juga bagaimana kehendak Tuhan mesti diutamakan ketimbang keinginan keinginan duniawi, maka pada akhirnya …kita mesti belajar mencukupkan diri dengan hal-hal sederhana, yaitu rejeki kita sehari-hari. Mari kita belajar seperti Yohanes Pembaptis dan juga Rasul Paulus, dan tidak mencari keuntungan duniawi yang tidak sepantasnya. Karena “akar dari segala kejahatan adalah cinta uang.” Banyak orang memelintirkan kata-kata ini, seolah-olah mengejar hal-hal fana dan juga ketamakan itu baik adanya. Marilah kita belajar tidak menduakan Tuhan dengan Mamon (Matius 6).

 

Dan ampunilah kami akan kesalahan kami…

Langkah keenam: Setelah kita belajar mencukupkan diri dengan hal-hal yang Tuhan berikan sebagai rejeki sesehari, kita juga mesti mohon ampun atas segala kesalahan, karena bagaimana pun banyak juga kesalahan kita baik yang kita sengaja maupun tidak. Hanya oleh darah Yesus kita memperoleh pengampunan dosa yang sejati.

 

Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami

Langkah ketujuh: Namun syarat dari pengampunan dari Tuhan, adalah kita juga mesti bersih dari dendam yang terpendam terhadap apapun yang dilakukan sesama kita kepada kita. Inilah kunci pada kebahagiaan yang sejati. Karena menurut teori skala kesadaran, dendam dan kebencian itu membuat kita tetap di level kesadaran < 200. Kita mesti belajar untuk setahap demi setahap naik ke level keberanian, sukacita, dan juga kasih.

 

Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan

Langkah kedelapan: Bahkan setelah kita belajar untuk hidup secukupnya dengan hal-hal sehari-hari, dan mengampuni sesama yang melukai kita, masih banyak juga pencobaan yang mungkin akan membuat kita tersandung. Dan Bapa tahu akan segala kelemahan kita, karena itu kita mesti terus berdoa agar kita diluputkan dari pelbagai pencobaan.

 

Tetapi lepaskanlah kami dari pada “Si Jahat”

Langkah kesembilan: Langkah klimaks yang dapat Tuhan percayakan kepada kita dalam hidup kita, adalah agar kita dapat dilepaskan dari belenggu atau “spiritual stronghold”…Dari cengkeraman kuasa Iblis baik dari kehidupan personal kita maupun dari masyarakat kita. Jika umat Kristen berdoa sungguh-sungguh dan mengikat orang kuat tersebut, maka ia akan dapat dipatahkan. Ini hanya mungkin dengan “berdoa dan berpuasa”.

 

Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya.

Langkah kesepuluh: Setelah kesembilan langkah tersebut kita jalani, akhirnya kita dapat menyembah Bapa di surga dengan leluasa, dengan mengakui bahwa akhirnya hanya Dialah yang layak akan kuasa dan hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya.

Dan bagi kita, cukuplah bagi seorang hamba yang tidak berguna, bila akhirnya dia dianggap layak untuk duduk bersama Sang Tuan empunya langit dan bumi, untuk duduk makan dalam Perjamuan Anak Domba.

 

Penutup

Demikian renungan singkat mengenai Doa Bapa Kami sebagai upward progression.

Bagaimana dengan Anda?

 

Salam damai sejahtera surgawi

 

Versi 1.0: 23 Juli 2021, pk. 18:22

VC & RIC


Bacaan lanjutan:
(a) Robert Menzies. This story is our story. url: 
Pentecost: This Story is Our Story: Robert Menzies: 9781607313410 - Christianbook.com


Ilustrasi:







Komentar