Kegembiraan dalam Keputusasaan

My Utmost (B. Indonesia)
Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; — Wahyu 1:17

Bisakah ada kegembiraan dalam keputusasaan atau ketiadaan harapan? Bisa. Hal itulah yang ingin dikemukakan dalam renungan hari ini, malah disebutkan sebagai sesuatu kegembiraan, penghiburan, yang tak terkatakan. Akan tetapi, saya harus tiba terlebih dahulu pada titik keputusasaan yang dimaksud. Keputusasaan yang bagaimana? Bahwa "di dalam aku ... tidak ada sesuatu yang baik."

Kegembiraan dalam Keputusasaan

Seperti rasul Yohanes, mungkin Anda mengenal Yesus Kristus secara akrab. Namun, bila Dia mendadak menampakkan diri kepada Anda dengan sifat yang sama sekali tidak biasa -- yang unfamiliar, satu-satunya reaksi Anda ialah "sujud di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati".

Ada waktunya Allah tidak dapat menyingkapkan dirinya-Nya dengan cara lain selain dengan keagungan-Nya, kekaguman dan rasa hormat dari penglihatan itulah yang mengantar Anda pada kegembiraan dalam keputusasaan (delight of despair); mengalami sukacita ini dalam ketiadaanharapan, menyadari bahwa jika Anda boleh dibangkitkan maka itu pastilah oleh tangan Allah.

"Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku ..." (Wahyu 1:17). Di tengah-tengah keadaan kekaguman dan rasa hormat, sebuah sentuhan datang, dan Anda tahu bahwa itulah tangan kanan Yesus Kristus. Anda tahu itu bukan tangan yang mengekang, mengoreksi, atau suatu penghukuman, melainkan tangan kanan Bapa yang Kekal.

Apabila Tangan-Nya diletakkan atas Anda, ia memberikan sejahtera dan penghiburan yang tak terkatakan, dan kesadaran bahwa ada "perlindungan ... dengan lengan yang kekal" (Ulangan 33:27), yang menopang penuh, menghibur dan menguatkan. Dan begitu sentuhan-Nya tiba, tidak ada yang dapat melemparkan Anda lagi ke dalam rasa takut. Di tengah kemuliaan-Nya yang naik, Tuhan Yesus datang berbicara, dan mengatakan, "Jangan takut!" (Wahyu 1:17). Kelembutan-Nya sungguh manis tak terkatakan. Apakah saya mengenal Dia seperti itu?

Perhatikanlah beberapa hal yang menyebabkan keputusasaan atau ketiadaanharapan. Ada keputusasaan yang di dalamnya tidak ada lagi kegembiraan, tidak ada wawasan pandangan, dan tidak ada harapan akan sesuatu yang lebih cerah. Akan tetapi, kegembiraan dalam keputusasaan atau ketiadaanharapan datang ketika sampai pada kesadaran bahwa "... aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik" (Roma 7:18).

Saya gembira mengetahui bahwa ada sesuatu dalam diri saya yang harus sujud di hadapan Allah bila Dia menyingkapkan diri-Nya kepada saya, dan juga dalam mengetahui bahwa jika saya boleh dibangkitkan maka itu pastilah oleh tangan Allah.

Allah tidak dapat berbuat apa pun bagi saya sebelum saya mengenal atau menyadari batas kemampuan manusia saya, lalu mempersilakan Dia melakukan hal yang mustahil.

Komentar