Menyepi (Markus 1:35-39)

Santapan Harian

Menyepi
Markus 1:35-39 

Pada hari sebelumnya, Yesus baru saja melakukan pelayanan panjang dengan menyembuhkan orang-orang yang sakit dan kerasukan setan. Kemudian, Injil Markus mengarahkan pembaca kepada perbuatan Yesus yang sekilas terkesan biasa, tetapi berdampak besar.

Di kala sebagian besar orang masih beristirahat-barangkali sedang tidur-Yesus memilih untuk bangun dan pergi ke tempat yang sunyi untuk berdoa kepada Bapa-Nya.

Pertanyaannya, mengapa catatan ini perlu dimasukkan ke dalam rentetan pelayanan awal Yesus? Karena Markus ingin menunjukkan satu aspek penting dari kehidupan Yesus, yaitu Ia menyisih untuk berdoa, menyingkir sejenak dari ramainya kerumunan dan padatnya pelayanan. Catatan ini menunjukkan pilihan Yesus yang tidak didikte oleh keadaan (bdk. Mrk 6:31-32; 46; 14:32-36).

Buahnya terlihat dalam kesadaran Yesus akan siapa diri-Nya dan untuk apa Ia hadir (38), serta bagaimana Ia harus menuntaskan misi-Nya di tengah dunia (39). Ia bahkan meninggalkan penduduk Kapernaum yang mencari-cari Dia (37).

Menyisih adalah salah satu praktik rohani yang patut dilakukan para murid Yesus. Di tengah kepadatan aktivitas, kebisingan dunia, dan kecepatan ritme hidup, menyisih merupakan tekad yang perlu dimiliki. Sama seperti Yesus, kita perlu memprioritaskan waktu untuk menyisih. Kita harus berani untuk berhenti dan menarik diri dari kesibukan kita yang terus ada tanpa henti.

Kita perlu menyisih untuk berdoa agar kita mendapat kekuatan dari Allah dan dikuatkan bagi Allah. Ini adalah ruang yang kita berikan kepada Allah untuk menemui kita dan sebaliknya. Hanya dengan menyisih, kita makin menyadari akan siapa kita, untuk apa kita hadir di tengah lingkungan kita, dan bagaimana kita sepatutnya menjalani kehidupan ini.

Karena itu, pilihlah satu waktu terbaik untuk menghentikan ritme pekerjaan, upaya pencapaian hidup, dan kegiatan pelayanan untuk menikmati relasi dengan Tuhan dalam doa dan pembacaan firman-Nya yang tenang. Lakukanlah mulai hari ini! [JMH]


Baca Gali Alkitab 2

Markus 1:40-45

Bolehkah kita mengunjungi orang yang menderita penyakit menular seperti penyakit kulit? Bagaimana seandainya kita tertular, lalu kita menularkannya kepada orang lain juga? Ketakutan demikian juga dialami oleh orang-orang Yahudi pada masa Perjanjian Baru.

Pada masa itu penderita penyakit kulit akan diasingkan dan disingkirkan dari lingkungannya. Mereka biasanya tinggal di luar perkotaan atau perkampungan. Hal itu karena mereka dipandang najis secara jasmani maupun rohani, dan juga karena penyakitnya memang menular. Namun, Yesus dalam pelayanan-Nya beberapa kali bersentuhan dengan para penderita penyakit kulit. Ia justru menerima orang-orang itu tanpa perasaan takut atau jijik.

Apa saja yang Anda baca?
1. Siapa yang datang kepada Yesus dan apa permohonannya? (40)
2. Apa yang dilakukan Yesus, dan mengapa? (41)
3. Apa yang terjadi pada orang itu? (42)
4. Apa perintah Yesus kepadanya setelah dia sembuh? (43-44)
5. Apa yang kemudian dilakukan orang itu? (45)

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Bagaimana seorang yang lemah dan tak berdaya sepatutnya bersikap ketika ia datang kepada Tuhan?
2. Tindakan apa yang Yesus ajarkan seandainya kita berhadapan dengan sesama yang membutuhkan pertolongan, misalnya penderita penyakit menular?

Apa respons Anda?
1. Bagaimana Anda akan berdoa untuk memohon kesembuhan dari Tuhan?
2. Apa yang dapat Anda lakukan untuk meringankan penderitaan orang yang terkena penyakit menular?

Pokok Doa:
Memohon agar Tuhan memberikan hati yang mengasihi dan keberanian untuk bersentuhan dengan orang yang menderita.

Komentar