REFLEKSI ROHANI: MENGAPA SAYA MENJADI KRISTEN?

REFLEKSI ROHANI: MENGAPA SAYA MENJADI KRISTEN?

Shalom Aleichem, 
Saya sedang merenungkan buku John Stott  "Why I am a Christian". Stott mengatakan The reason I am a Christian is not because I have found God, but because God has found me." (Saya seorang Kristen bukan karena saya telah menemukan Tuhan, tetapi karena Tuhan telah menemukan saya.) Inilah anugerah Tuhan, saya ditemukan oleh Tuhan (Yoh 15:16)
Buku ini adalah kesaksian tentang anugerah yang mendahului semua usaha manusia.
Bagi Stott, iman Kristen tidak dimulai dari pencarian manusia, tetapi dari inisiatif kasih Tuhan yang "mengejar" manusia melalui salib Kristus dan karya Roh Kudus.
Ia mengutip gambaran klasik dari puisi Francis Thompson, The Hound of Heaven ("Anjing Pemburu dari Surga"): Tuhan seperti pemburu surgawi yang tanpa lelah mengikuti manusia yang lari dari-Nya — bukan untuk menghukum, tetapi untuk memeluk kembali.
Iman sejati bukan hasil pencapaian, melainkan hasil penemuan oleh kasih. Mengapa saya menjadi Kristen? Karena Tuhan telah menangkap saya. 
A.W Tozer lain lagi, ia menulis buku  The Pursuit of God (1948) —  Pemburu Tuhan — Tozer membuka dengan nada yang sangat berbeda: "When religion has said its last word, there is little that we need other than God Himself." (Ketika agama telah mengucapkan semua kata terakhirnya, yang kita butuhkan hanyalah Tuhan itu sendiri.)

Tozer berbicara tentang kelaparan rohani, tentang jiwa yang sudah menemukan Tuhan tetapi tetap ingin mengejar keintiman yang lebih dalam. Ia menulis: "To have found God and still to pursue Him is the soul's paradox of love." (Menemukan Tuhan dan tetap mengejar-Nya adalah paradoks kasih jiwa manusia.) Tozer menekankan kerinduan yang tak pernah puas — bahwa setiap perjumpaan dengan Tuhan justru menimbulkan kerinduan baru untuk mengenal Dia lebih lagi. Iman baginya adalah perjalanan yang tak selesai, bukan posisi statis.
Jadi pertama kali Aku ditemukan oleh Tuhan (stott), lalu Aku lapar dan haus akan Tuhan (Tozer). Orang yang lahir baru akan selalu lapar dan haus akan Tuhan. Stott mengajarkan anugerah yang mengejar. Tozer mengajarkan respon yang membalas kasih dengan kehausan.
Stott mengajarkan: "Kita tidak dapat mencari Tuhan tanpa Tuhan lebih dahulu mencari kita."
Tozer menambahkan: "Karena Tuhan telah menemukan kita, maka kita sekarang harus terus mencari Dia."
Perjumpaan dengan Tuhan bukan titik akhir, tetapi awal dari perjalanan pencarian yang lebih dalam.  "Grace found me," kata Stott. "Now I pursue the God who found me," jawab Tozer. "Kasih Bapa mengejar aku — itulah anugerah. Jiwaku mengejar Tuhan — itulah penyembahan.
Mengapa saya Kristen? Karena Bapa telah menemukan saya. Apa yang harus saya lakukan sebagai orang Kristen? Saya harus menemukan Tuhan, lebih mengenalnya lagi, sehingga saya bisa menjadi seperti Kristus.*

*note: meneruskan dari seorang sahabat (okt 2025) 



Komentar

Postingan Populer