Belajar beriman dengan sepenuh hati
My Utmost (B. Indonesia)
Yosua berkata kepada bangsa itu: "Tidaklah kamu sanggup beribadah kepada Tuhan ...." — Yosua 24:19
Renungan hari ini merupakan kebenaran Allah yang paradoksal dan sukar diterima dunia, yaitu peniadaan pengandalan atau kebersandaran pada kemampuan diri sendiri. Oswald Chambers menuliskan, "Orang yang masih bersandar dan memercayai apa pun dalam dirinya merupakan orang terakhir yang dapat dekat untuk berkata, 'Aku mau melayani Tuhan'." Renungan ini dimulai dengan beberapa pertanyaan yang introspeksi bagi kita.
Maukah Anda Memeriksa Diri?
Apakah Anda mempunyai kebersandaran, betapa kecil pun itu, pada sesuatu atau seseorang selain Allah? Adakah sisa kebersandaran pada kemampuan atau kelebihan lahiriah dalam diri Anda, atau pada serangkaian situasi tertentu? Apakah Anda mengandalkan diri Anda sendiri dalam cara apa pun yang berkaitan dengan tawaran atau rencana yang telah diletakkan Allah di hadapan Anda? Maukah Anda memeriksa diri dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menyelidik tersebut?
Memang benar untuk mengatakan, "Aku tidak dapat menghayati hidup suci," tetapi Anda dapat memutuskan untuk mempersilakan Yesus menjadikan Anda suci. "Tidaklah kamu sanggup beribadah kepada Tuhan..." -- tetapi Anda dapat memberikan diri pada-Nya sedemikian rupa sehingga kuasa Yang Mahakuasa mengalir melalui Anda. Adakah hubungan Anda dengan Allah cukup akrab sehingga Anda dapat mengharapkan Dia mewujudkan kehidupan-Nya yang ajaib di dalam Anda?
"tetapi bangsa itu berkata kepada Yosua: "Tidak, hanya kepada Tuhan saja kami akan beribadah" (Yosua 24:21). Ini bukanlah tindakan yang mengikuti dorongan hati, melainkan suatu komitmen atau penyerahan yang sepenuh hati. Kita cenderung untuk berkata, "tetapi Allah tidak pernah dapat memanggil aku untuk hal ini. Aku sungguh tidak layak. Ini tidak mungkin ditujukan untuk diriku." Ini memang ditujukan kepada Anda, dan semakin lemah dan tidak berdayanya keadaan Anda, semakin baik. Orang yang masih bersandar dan memercayai apa pun dalam dirinya merupakan orang terakhir yang dapat dekat untuk berkata "Aku mau melayani Tuhan."
Kita berkata, "Ah, kalau saja aku benar-benar dapat percaya!" Pertanyaannya adalah "Maukah aku percaya?' Tidaklah mengherankan bila Yesus Kristus menekankan dosa ketidakpercayaan. "Karena mereka tidak percaya, tidak banyak mukjizat diadakan-Nya di situ! " (Matius 13:58).
Jika kita sungguh-sungguh memercayai Firman yang diucapkan-Nya, sungguh tak terbayangkan apa jadinya dengan kita! Sungguhkah saya berani mempersilakan Allah menjadi bagi saya seperti yang dikatakan-Nya?
Komentar
Posting Komentar