Maksud Allah atau maksud saya?

My Utmost (B. Indonesia)
Yesus segera mendesak murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dahulu ke seberang, .... — Markus 6:45

Renungan hari ini cukup menggelitik, "Maksud Allah atau Maksud Saya?" Kita cenderung berpikir bahwa jika kita taat kepada Tuhan, Dia akan mengantar kita kepada sukses besar. Kita jangan sekali-kali berpikir bahwa impian keberhasilan kita merupakan maksud Allah bagi kita. Maksud Allah yang terpenting bagi kita adalah kita mampu melihat Dia dapat berjalan dalam badai kehidupan kita saat ini juga.

Maksud Allah atau Maksud Saya?

Kita cenderung berpikir bahwa jika Yesus Kristus mendesak kita melakukan sesuatu dan kita taat kepada-Nya, maka Dia akan mengantar kita kepada sukses besar. Kita jangan sekali-kali berpikir bahwa impian keberhasilan kita merupakan maksud Allah bagi kita.

Faktanya, maksud-Nya mungkin justru sebaliknya. Kita berpikir bahwa Allah menuntun kita ke suatu tujuan tertentu atau sasaran yang diinginkan, tetapi Dia tidak berbuat demikian.

Pertanyaan apakah kita berhasil atau tidaknya tiba di suatu tujuan tertentu, adalah kurang penting, dan pencapaian itu hanya menjadi sebuah episode di sepanjang perjalanan. Apa yang kita lihat hanya sebagai proses untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi Allah melihatnya sebagai tujuan itu sendiri.

Apakah visi atau penglihatan saya tentang maksud Allah bagi saya? Apa pun itu, maksud-Nya ialah agar saya bergantung kepada-Nya dan pada kuasa-Nya sekarang. Jika saya dapat tetap tenang, setia dan tidak bingung di tengah-tengah huru-hara kehidupan, sasaran maksud Allah sedang dipenuhi di dalam diri saya.

Allah tidak sedang bekerja ke arah suatu finish atau tujuan akhir tertentu -- maksud-Nya ialah proses itu sendiri. Apa yang diinginkan-Nya bagi saya ialah agar saya melihat "Dia berjalan di atas air" tanpa tepian/pantai, tanpa keberhasilan, juga tanpa sasaran yang terlihat jelas, tetapi hanyalah kepastian mutlak bahwa segala sesuatu beres karena saya melihat "Dia berjalan di atas air' (Markus 6:49). Proses inilah, bukan hasilnya, yang memuliakan Allah.

Pelatihan (dari) Allah dimaksudkan untuk sekarang, saat ini, bukan suatu waktu kemudian. Maksud-Nya adalah untuk saat "menit" ini, bukan suatu waktu kelak. Kita tidak punya urusan dengan apa yang selanjutnya setelah ketaatan kita, dan kita keliru jika memusingkan diri dengan hal itu. Apa yang disebut orang sebagai persiapan, Allah melihatnya sebagai sasaran itu sendiri.

Maksud Allah adalah untuk memampukan saya melihat bahwa Dia dapat berjalan dalam badai kehidupan saya sekarang juga. Jika kita mempunyai sasaran lebih lanjut dalam benak kita, maka kita tidak cukup menaruh perhatian terhadap masa kini. Namun, jika kita menyadari bahwa ketaatan saat demi saat merupakan sasaran (goal), maka setiap saat menjadi berharga.  

Komentar