Antara Trinitas, Manunggaling Kawula Gusti dan Arithmatika Non-Diophantine
Antara Trinitas, Manunggaling Kawula Gusti dan Arithmatika Non-Diophantine
Oleh Victor Christianto
The Second Coming Institute
Shalom aleikhem,
Seperti kita ketahui, salah satu problem nyata yang kerap dijumpai kalangan Nasrani adalah ketika ditanya bagaimana pengertian Trinitas, khususnya karena ada kejanggalan dari sisi logika. Kok bisa 3=1?
Artikel ini menguraikan secara ringkas dalam perspektif logika.
Apakah itu Arithmetika Non-Diophantine?
Sebagaimana ditulis oleh matematikawan Mark Burgin (UCLA):
"Pada abad ke-19, geometri non-Euclidean ditemukan dan dipelajari. Pada abad ke-20, arithmatika non-Diophantine ditemukan dan dipelajari. Konstruksi arithmatika non-Diophantine didasarkan pada struktur matematika yang lebih umum, yang disebut praarithmatika abstrak, serta pada hubungan proyektifitas antara praarithmatika abstrak. Dengan cara yang sama, seperti teori himpunan memberikan dasar untuk matematika, teori praarithmatika abstrak memberikan dasar untuk teori arithmatika Diophantine dan non-Diophantine. Dalam artikel ini, kami menggunakan praarithmatika abstrak untuk mengembangkan dasar-dasar teori bilangan non-Diophantine, yang dapat juga disebut arithmatika tinggi non-Diophantine karena teori bilangan konvensional disebut arithmatika tinggi. Secara khusus, kami membuktikan Teorema Dasar Arithmatika untuk berbagai praarithmatika abstrak."(1)
Beberapa implikasi
Mari kita ulas beberapa contoh arithmatika non-Diophantine. Sejak SD, kita semua belajar bahwa 1 + 1 = 2, 2 + 2 = 4 dan seterusnya. Tetapi jika kita memasukkan seekor kucing ke dalam sebuah ruangan (1), lalu kita memasukkan harimau ke dalam ruangan yang sama, kemudian kita mengetahui bahwa dalam kasus tersebut, 1 + 1 = 1. Itu adalah salah satu contoh dari arithmatika non-Diophantine.
Dan juga arithmatika dapat mengikuti Logika non-standar. Misalnya, arithmatika dasar mengatakan bahwa jika Anda memiliki 2 di saku Anda dan Anda memberikan 1 kepada orang yang memerlukan bantuan, maka Anda mendapat 2-1 = 1. Tetapi Tuhan tidak tidur, maka Dia akan memberkati Anda lebih banyak, oleh karena itu dari pengalaman kita belajar bahwa 2-1 = 2 atau mungkin 2-1 = 3. Itu adalah kasus lain dari arithmatika non-Diophantine.
Contoh lainnya adalah dari studi pernikahan. Pernikahan yang sehat selalu melibatkan memberi dan menggabungkan, jadi 1 + 1 = 1. Jadi bukannya 1+0=1 atau 0+1=1 atau 1/2 + 1/2 =1. Artinya bukan salah satu mengalami supresi dan kehilangan personalitasnya; atau keduanya masing-masing hanya memberikan separoh diri mereka, namun justru dalam keutuhan personalitas tersebut mereka lebur. Itu sebabnya dikatakan bahwa keduanya akan menjadi satu, menurut Alkitab.
Dan dari studi manajemen, kita belajar bahwa kerja tim yang baik membutuhkan sinergi, yakni 1 + 1 = 3 atau malah 1+1=4. Artinya nilai sinergi lebih dari sekedar penambahan tiap-tiap anggota.
Akhirnya, kami juga dapat menunjukkan bahwa Tritunggal secara logika tidak dapat didamaikan dengan Logika Aristotelian atau arithmatika Diophantine, karena kita percaya bahwa Trinitas berarti 1 + 1 + 1 = 1.
Itu juga salah satu kasus Logika Non-Diophantine dalam Teologi.
Logika non-standar dalam memahami Trinitas dapat dibandingkan dengan pengertian kata benda tak terhitung (uncountable noun) dalam gramatika bahasa Inggris.
Diketahui bahwa kata benda yang dapat dihitung berarti 1 + 1 = 2 dan seterusnya, seperti penjumlahan dua apel, dua jeruk, dua kentang, dll.
Tetapi operasi arithmatika itu tidak berlaku untuk kata benda yang tidak dapat dihitung, misalnya kita tidak dapat menyebut water + water = 2 water. Karena air adalah kata benda yang tak terhitung banyaknya (uncountable).
Tapi kita akan menyebutnya a glass of water "segelas air" atau a cup of cofee "secangkir kopi. "
Itu adalah metafora lain untuk pemahaman yang lebih baik tentang Trinitas dari arithmatika non-Diophantine.
Unio Mystica
Jika kita lanjutkan penalaran tersebut, maka kita dapat memahami Unio mystica (Manunggaling Kawula Gusti) dalam istilah arithmatika non-Diophantine yang serupa, yaitu: menambahkan satu orang ke dalam Trinitas akan tetap Satu:
(1 + 1 + 1) + 1 person = 1
Itulah yang dimaksud para mistik dengan bersatu dengan Tuhan.
Dan bahkan para Bapa Gereja merujuk pada anggota Gereja adalah kesatuan dengan Allah. Misalkan satu anggota gereja memiliki 1000 orang sebagai anggota, kita dapat menulis:
(1 + 1 + 1) + 1000 = 1
Mereka masih bersatu bersama Tuhan Trinitas melalui Kristus. Itulah sebabnya Rasul Paulus menyebut hal ini sebagai persatuan "di dalam Kristus" (in Christ). Artinya di dalam dan melalui perantaraan Kristus Sang Anak Domba Allah, umat percaya dipersatukan dan terhisab dalam kemanunggalan Trinitas (ungkapan bahasa Jawa yang mendekati Trinitas: Sang Hyang Triniji Suci).
Dalam pemahaman penulis, inilah cara terbaik untuk memahami makna dari Doa Yesus untuk para murid-Nya dalam Yohanes 17, lihat khususnya Yoh. 17:22. Terpujilah Tuhan atas betapa agung dan dalamnya kasihNya bagi kita, manusia-manusia yang berdosa ini.
Selamat menyongsong Paskah untuk bapak ibu dan para pembaca sekalian.
Bagaimana pendapat Anda?
Versi 1.0: 20 Maret 2021, pk. 10:16
Versi 1.1: 20 Maret 2021, pk. 14:17
VC
Bacaan lanjutan:
(1) Mark Burgin. Url: https://uav.ro/applications/se/journal/index.php/TAMCS/article/view/178
Komentar
Posting Komentar