APAKAH DOSA ITU?

Arti dosa dan hubungannya dengan makna hidup

APAKAH DOSA ITU?

Sekarang kita akan memikirkan apa yang dimaksud dengan dosa. Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa dosa lebih daripada sekadar kagagalan beretika. Adalah sesuatu yang terlalu dangkal jikalau kita menyetarakan dosa hanya sebagai sebuah kelakuan yang buruk.

Pertama, secara filologis, dosa berarti "meleset dari sasaran". Kata Yunani "Hamartia" digunakan di dalam Perjanjian Baru untuk memberikan sebuah indikasi bahwa manusia diciptakan dengan suatu standar/target yang harus mendasari hidup dan perilaku mereka. Ini berarti bahwa manusia harus bertanggung jawab kepada Allah. Ketika kita berdosa, kita gagal mencapai standar yang ditetapkan Allah. Setelah kejatuhan manusia, pandangan manusia terhadap tujuan hidupnya menjadi kabur, serta penilaian yang menjadi dasar berperilaku pun hilang. Itulah alasan mengapa Allah mengirimkan anak-Nya untuk memunculkan kembali standar tersebut, dan menjadikan kebenaran serta kekudusan Kristus sebagai milik kita. Penemuan kembali akan tujuan hidup manusia hanya dimungkinkan melalui keteladanan sempurna dari Kristus yang berinkarnasi.

Kedua, berbicara mengenai posisi manusia, dosa adalah pergeseran manusia dari posisinya yang semula. Manusia diciptakan secara berbeda, dan juga diciptakan dalam posisi berbeda di dalam rangka menjadi saksi Allah. Manusia diciptakan di antara Allah dan setan, di antara baik dan jahat. Manusia diciptakan di dalam keadaan yang sungguh amat baik, tetapi sekaligus kondisi yang baik itu terus dikonfirmasikan melalui jalan ketaatan. Diciptakan sedikit lebih rendah daripada Allah, tetapi ditempatkan untuk menguasai alam, juga yang diciptakan sebagai gambar dan rupa Allah. Ketundukan sejati dari manusia terhadap kedaulatan Allah merupakan rahasia kunci di dalam memerintah alam, juga kunci di dalam usaha memuliakan Pencipta alam semesta di dalam kehidupan manusia. Semua pencobaan selalu datang di dalam bentuk yang menarik manusia untuk menjauh dari posisi semula sebagaimana yang telah Allah rancang, setelah itu baru muncul perilaku yang menyimpang. Hal serupa pun terjadi bahkan kepada para penghulu malaikat. Alkitab mengatakan, "Mereka tidak berada di dalam posisi mereka yang semula" untuk menggambarkan kejatuhan mereka. Inilah konsep yang benar di dalam mengerti apa itu dosa.

Ketiga, dosa adalah penyalahgunaan kebebasan. Kengerian terbesar sekaligus hak teristimewa yang Allah telah berikan kepada manusia ialah kebebasan. Kebebasan adalah faktor yang tidak dapat dikerdilkan sebagai fondasi daripada nilai moral. Pencapaian moral hanya bisa didasari dari kerelaan, bukan dihasilkan melalui paksaan. Makna daripada kebebasan memiliki dua pilihan sekarang: Hidup yang berpusat pada Allah atau berpusat pada manusia. Ketika manusia menyerahkan kebebasannya kepada kebebasan dari Allah, itulah pengembalian kebebasan kepada yang sesungguhnya, kepada Ia yang adalah Tuan atas kebebasan tersebut. Pengembalian ini bertujuan untuk mencari sukacita yang berada di dalam batasan daripada kebenaran dan keadilan Allah. Oleh sebab Allah adalah diri-Nya Kebenaran itu sendiri, maka setiap penyimpangan daripada Dia adalah ketidakbenaran, dan begitu pula dengan hidup yang berpusat pada diri adalah penyebab daripada dosa. Intensi yang berpusat pada diri pastilah permulaan daripada ketidakbenaran. Kebebasan tanpa batasan kebenaran-kebenaran Allah hanya akan menjadi kebebasan yang salah. Itu bukan kebebasan yang dibicarakan oleh Yesus ketika Dia mengatakan "Tidak ada seorangpun yang dapat mengikut Aku kalau ia tidak menyangkal dirinya".

Keempat, dosa adalah kekuatan yang menghancurkan. Dosa bukan sekadar kegagalan di dalam perilaku. Lebih daripada itu, dosa adalah sebuah kekuatan mengikat yang secara konsisten hadir di dalam diri orang berdosa. Paulus menggunakan baik bentuk tunggal maupun jamak daripada kata "dosa" di dalam surat Roma. Bentuk jamak daripada kata tersebut berindikasi menunjuk kepada perbuatan salah, tetapi bentuk tunggal daripada kata "dosa" berarti sebuah kekuatan yang menjadi pendorong daripada semua tindakan berdosa. Dosa seolah-olah dipersonifikasikan oleh Paulus sebagai kekuatan yang mengatur dan memerintah kehidupan para pendosa. Dosa juga telah merusak segala aspek daripada kehidupan, bahkan hingga pada taraf tertentu tidak ada satu aspek pun dari kehidupan yang tidak terdistorsi atau tercemari oleh dosa. Hal inilah yang diperjuangkan dengan gigih oleh para Reformator di dalam usahanya melawan pengertian yang tidak utuh mengenai kekuatan dosa yang dikemukakan oleh arus skolastik Abad Pertengahan. Dosa tidak hanya mencemari manusia di dalam tataran kehendak, tetapi juga penetrasinya sampai pada tataran emosi dan kemampuan rasional manusia. Tujuan ultimat daripada kekuatan perusak ini adalah untuk menjadikan manusia sebagai pribadi yang menista dan membunuh diri sendiri. Sebagaimana Kierkegaard mengatakan, "Manusia lahir sebagai orang berdosa. Satu-satunya kemampuan yang kita miliki adalah kemampuan untuk membunuh diri kita sendiri."

Kelima, dosa adalah penolakan terhadap rencana kekal Allah. Ekspresi ultimat daripada dosa bukanlah hanya melakukan kejahatan terhadap sesama manusia, tetapi melawan kehendak kekal Allah yang dinyatakan melalui manusia. Hal ini merupakan hal yang paling serius karena berkaitan dengan peperangan rohani dalam ruang lingkup kosmis. Calvin mengatakan, "Tidak ada yang lebih besar daripada kehendak Allah selain Allah sendiri." Penciptaan alam semesta, penebusan umat manusia, kesukacitaan yang kekal, semuanya ada oleh karena kehendak Allah. Oleh karena dosa adalah penolakan terhadap kehendak Allah, orang Kristen seharusnya sadar akan kepentingan daripada ketaatan yang setia kepada kehendak Allah, sebagaimana Kristus mengajarkan murid-murid-Nya berdoa, "Jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di dalam sorga." Alkitab juga mengajarkan kepada kita, pada 1 Yohanes 2:17, bahwa, "Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya."

Disadur dari Khotbah Pdt. Dr. Stephen Tong, tahun 1989 pada acara Laussane Congress di Manila

Komentar